By. Mega
“Huft.....!!!
panasnya hari ini, kenapa kakak tidak menjemput aku ya...??? aduh kak, kamu kemana sih........??? gumam ku dalam hati sambil melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Dalam perjalanan aku bertemu tante Lena, tetanggaku.
“Assalamu’alaikum tante.....!!!”, sapaku. Dia langsung menoleh kearah ku dan menatap dengan wajah cemberut, lalu ia langsung masuk kerumahnya. Aku yang menyaksikannnya jadi bertanya-tanya,
“Tante Lena kenapa ya.....???”, gumamku dalam hati.
“Oh.....!!!”
Aku tau, mungkin saja tante Lena lagi ada masalah jadi bawaannya begitu, gumamku sambil tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanan kerumah.
“huft...!!! Akhirnya sampai juga di rumah.
“Tok...tok...tok....!!! Assalamu’alaikum.. Ibu aku pulang, bukain pintu donk bu...!!!
“Iya, tunggu sebentar....!!! , ucap ibu dan langsung membukakan pintu. aku pun mencium tangan ibu dan cerita,
“Memangnya kenapa....???”, tanya ibu
Tadi pulang sekolah aku jalan kaki karna kakak tidak menjemput aku.
“Iya.., tadi kakak ke bengkel ban motornya bocor dan sepertinya memang belum beres.
“Owh....!!! begitu, aku kira kakak lupa menjemput.
“Iya, satu lagi bu kejadian yang menyebalkan”. Tadi ketemu sama tante Lena, waktu aku sapa, dia bukannya menjawab, eh..... malah menatapku dengan wajah cemberut dan langsung masuk ke rumahnya.
“Dia begitu karena lagi marahan sama ibu”.
Apa ....??? lagi marahan, kok bisa bu...???, tanyaku.
“Begini, tadi ibu kerumah pemilik sawah rencananya ibu mau memperpanjang sewaan sawah, Eh.... taunya tante Lena sudah ada disana, lalu ibu menegurnya”.
“Lena lagi apa disini...???”, sapa ibu.
“Owh...ini lagi ada urusan sama pak Ari, tapi mau pulang kok Bu Yulis, kata tante Lena.
” Pak Ari, Lena pulang dulu ya terima kasih banyak pak. Oiya...buk Yulis, Lena duluan ya...!!!”, pamit Ibu Lena.
“Iya bu, Hati-hati ya ucap ibu sama tante Lena”
“Bu Yulis silahkan duduk, kata pak Ari.
“ Oh.... iya...., terima kasih pak ”
Langsung saja pak, saya kesini mau memperpanjang sewaan sawah. Masa sewanya sudah mau habis, saya cepat-cepat kesini biar tidak ada yang mendahului saya. Saya masih sangat butuh, karena hanya hasil panen yang dapat saya andalkan untuk biaya sekolah Mega. Apalagi Mega sekarang sudah mau lulus SMA dan mau melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Itu pasti membutuhkan biaya yang lebih besar, bagaimana pak ....???, tanya ibu pada pak Ari.
“Aduh..... Maaf ya bu Yulis, Ibu Lena sudah mengambil alih sawah itu.
“Apa pak, bu Lena...??? ucap ibu terkejut.
“Iya , maaf sebelumnya ya bu Yulis”, kata Pak Ari.
“Ya sudahlah pak, tidak apa-apa”.
Kalau begitu saya pulang dulu, takut nanti Mega keburu pulang sekolah. Saya belum masak nasi.
“Iya buk....!!!, ucap pak Ari.
Dan ibu langsung pulang kerumah nak.
“Owh....begitu bu....!!!
“Tapi.... kenapa tante Lena yang cemberut? Seharusnya ibu yang marah”
“iya... mungkin saja bu Lena memang lagi ada masalah, sudahlah gak usah di hiraukan”.
“Hmmm.... ibu hampir lupa, kamu jadi kan ambil PMDK...?”.
"Jadi kok bu.....!”, ucapku penuh kekhawatiran.
“Kamu ambil jurusan apa saja....?” ,
Ada tiga pilihan jurusan, pilihan pertama aku ambil Manajemen Infomatika, kedua Teknik Komputer dan yang ketiga Ekowisata.
“Eh.....tunggu, bukannya jurusan itu tidak ada di UNAND? jangan bilang kamu ambil PMDK di luar daerah, apalagi pulau Jawa”.
“Sebelumnya aku minta maaf ya bu. Aku ambil PMDK di Bogor. Soalnya PMDK yang dikota Padang udah telat, dan yang ada sekarang cuma IPB. Aku langsung daftar karena takut nanti gak ada lagi PMDK yang datang kesekolah.
Tapi, ibu kan sudah bilang sebelumnya, kalau mau kuliah di Padang saja karena kalau jauh-jauh siapa nanti yang ngejagain kamu. Apalagi kamu perempuan dan kita juga tidak punya kerabat di pulau jawa.
“Iya bu, aku tau”, lagian juga belum tentu lolos seleksi. IPB kan termasuk universitas terfavorit, pasti seleksinya sangat ketat dan teliti.
“Ya, mudah-mudahan saja kamu tidak lolos”, (ucap ibu)
“Yah.....ibu, kok ngomongnya kek gitu, bukannya doain agar lolos, malah sebaliknya”. Kalau seandainya kamu lolos dan otomatis kamu berangkat ke Bogor, pasti nanti kamu kerja dan hidup selamanya di pulau jawa, kamu tega ninggalin ibu dan ayah berdua.
“Ibu... tapi kan masih ada kakak dan adek, (ucapku)
“Iya...bener, tapi nanti kalau sudah punya isteri pasti dia akan ikut istri-istrinya, kamu tau kan sistem adat kita? anak perempuan minang adalah pemegang warisan. Kamu anak ibu perempuan satu-satunya jadi hanya kamu yang jaga ibu dan ayah nanti, kamu harus hidup di ranah minang ibu gak mau kamu nanti jadi orang perantau yang lupa kampung halaman.
“Iya bu.... maaf ....!!!”. Pemegang warisan? Biarlah untuk kakak aja, biar dia yang mengelola dan menjaga warisan.
Sudah, ganti sana seragam sekolah mu dan langsung makan. Ibu mau ke warung sebentar, ucap ibu.
Aku langsung masuk kamar dengan penuh kebingungan, ibu kenapa segitunya ya? Padahal aku hanya ingin memberikan yang terbaik, tapi kenapa salah di mata ibu?
“Akhh.... coba aku punya saudara perempuan, pasti ibu gak bakal kaya gini”, ya... sudahlah.
Sebulan berlalu, mulai terdengar gosip-gosip tentang diriku, ”kalau diriku tidak bakalan lulus PMDK di IPB”.
Sambil duduk-duduk di depan rumah, aku berfikir “siapa ya kira-kira yang buat gosip kaya gitu? Jahat banget jadi orang, ntar kalau seandainya lulus yang senang kan orang sekampung. Apa orang di kampung sebelah yang buat gosip ya(pikirku), “Ah....sudahlah terserah orang mau bilang apa”.
Enak juga duduk di bawah pohon, adem....(ucapku sambil melihat langit yang sudah mulai kemerah-merahan).
“Mega, ngapain bengong ntar kesurupan loh....!!!” (terdengar suara dari samping). Aku langsung duduk dan menoleh ke arah suara.
“Eh.... tante Rossi, habis dari mana tante...???
Habis dari rumah ante Lena, biasa ibu-ibu kalau sore-sore ngegosip, he he....!!!
Kamu kenapa ? kok keliatannya ada yang lagi dipikirkan....???
“Iya tante, lagi mikir siapa yang udah ngegosipin saya. Katanya saya gak bakal lulus PMDK di IPB”. Hal ini membuat saya jadi kepikiran, ntar kalau bener gak lulus pasti itu orang tambah ngejelekin saya.
“Owh kalau yang itu mah, tante tau orangnya. Tapi kamu jangan bilang-bilang kalau tante yang ngasi tau kamu ya...!!!.
“iya...iya....emang siapa sih tante....??? tante Lena...!!!
“Apa....? tante Lena”.
“ Iya...(jawab tante Rossi) awas jangan bilang-bilang, ingat....! ya sudah tante pulang dulu ya, udah mau magrib”.
“Eh.....iya tante (jawabku yang masih kebingungan).
Tak lama terdengar suara azan, akupun masuk ke rumah. Setelah sholat magrib aku makan malam bersama. Aku menceritakan semuanya pada keluarga, setelah semuanya diceritakan aku baru sadar kalau aku udah janji sama tante Rossi untuk tidak menyebarkannya.
Mendengar cerita tersebut ibu langsung marah dan mengomel-ngomel, untung ayah bisa meredamkan amarah ibu. Kami semua melanjutkan makan malam seperti biasanya.
Keesokan harinya aku dapat telfon dari kepala sekolah,
“Hallo, apa benar ini Mega ...?”
“Iya... pak , jawabku...!!!,
“ Selamat anda di terima di IPB”.
“Alhamdulillah.. Benar pak saya di terima...???”
“Iya, anda di terima dan tolong kesempatan ini diambil ya..??? (ucap kepala sekolah).
“Iya... pasti saya ambil pak, makasih ya pak”.
“iya, sama-sama”
“Yes...yes....aku diterima, Ayo Lo Tante Lena, gw menang melawan lo (ucapku dengan kesal).
Tapi disisi lain aku bingung, ibu kan tidak mengizinkan kalau aku kuliah di pulau Jawa, Duh...... pasti ibu gak bakal mau, gimana mau kasih taunya ya.? (gumamku).
Ditengah kebingungan, terdengar suara ibu.
“Siapa yang telf mega? Tadi ibu dengar kamu teriak-teriak, kenapa? kalau senang bagi-bagi donk sama ibu.
“Iya, bu.... tadi yang telf kepala sekolah. Dia bilang kalau aku di terima di IPB makanya aku teriak-teriak”.
“Owh, kamu diterima.!”(ucap ibu dengan cuek),
“Ibu ke warung dulu ya, beli sayur”, kamu masak air sana, ucap ibu pada ku.
“Ih....ibu ucapin selamat, kek. Ini malah langsung suruh aku masak air.
“Udah sana, lagian untuk apa ibu ucapin selamat. Kamu gak bakal ibu bolehin kuliah di situ”.(ucap ibu sambil keluar rumah).
Sesampainya ibu di warung, langsung ada pertanyaan yang menanti,
“Ibu Yulis.... gimana, si Mega lolos gak di IPB ?(tanya tante Rossi)”,
“Iya..... dia lulus.....!!!”
Truss gimana apa di ambil gak...???, sepertinya gak deh (ucap ibu).
Kenapa buk, itu kan bagusss...?, ucap bu Rossi
“iya....bagus, tapi saya ingin Mega kuliahnya di padang saja, kalau jauh-jauh siapa yang jaga dia”.
“ Oh... Begitu....!!!”, (ucap tante Rossi).
Seminggu kemudian terdengar lagi gosip tentang diriku. “Kalau Aku tidak lolos PMDK, buktinya sekarang kenapa aku belum berangkat juga ke bogor”. Ternyata ibu mendengar gosip tersebut, dia marah dan kesal.
Seminggu kemudian, ibu malah menyuruhku berangkat ke bogor, aku bingung kenapa ibu membolehkanku ke Bogor. Padahal dia sangat menentang sebelumnnya.
“Bu, daftar ulangnya kan masih sebulan lagi, ngapain aku di suruh berangkat minggu depan? Terlalu cepat, aku masih pengen ngumpul-ngumpul sama ibu dan keluaga”.(ucapku)
“Iya.... ibu tau, tapi ibu tidak tahan dengan tante Lena, para ibu-ibu bilang kalau kamu belum berangakat, menurut dia kamu bohong dengan kelulusan mu, otomatis ibu gengsi juga donk kalau kamu di bilang gak lulus.
“Mulai besok kamu beres-beres ya.!”.(ucap ibu)
“Iya bu.... tapi...... ibu ikhlas kan kalau mega kuliah di bogor? Bukan karena semata-mata ibu marah sama tante Lena”.
“iya ibu ikhlas, ini mungkin juga sudah jalan mu, tapi ingat jangan sekali-kali kecewakan ibu”.
“Makasi ya bu, Mega janji gak bakal mengecewakan ibu, (ucapku pada ibu).
“He he..... ada juga untungnya kejahatan tante Lena. Kalau gak, mungkin aku gak bakal di bolehin sama ibu kuliah di Bogor, terimakasih ya tante Lena. Atas kejahatannya yang sudah menggosipin aku dan ngejelek-jelekin aku. Awanya sih, aku emang sebel. Tapi gak apa-apa”.
Ternyata tidak semua kejahatan merugikan kita, tetapi ada juga yang sangat menguntungkan. Contohnya seperti kejadian saya, kejahatan yang justru membawa manfaat yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar