Malam hening yang terdengar hanya nyanyian jangkrik disekeliling rumah membuat suasana malam semakin sunyi, malam itu hanya aku dan tuhan yang mengetahui apa yang terjadi, air mataku terus menetes melalui pipiku yang makin lama makin mengkerut. Aku merasa kesakitan yang luar biasa , perutku mulai terasa sakit dan semakin lama semakin sakit “ Ya tuhan tolonglah hambaMu ini(tuturku dalam hati)” air mataku terus menetes mengenang nasib yang tidak pernah sepihak denganku.
“A….,aduhh perutku sakittttt…..!!!!!! , aku berteriak , “tolonggggg………!!!!”. Kamu kenapa ….????kata Ani tetangga ku, Ya ampun kamu sepertinya sudah mau melahirkan, kita harus kerumah sakit sekarang.
Sampai di rumah sakit beberapa jam kemudian lahirlah seorang bayi laki-laki gempal lucu imut dan cabi yang tak lain adalah aku, dengan tangisan yang keras dan meronta-ronta, sampai memecah heningnya suasana malam . Ibuku menatapku dengan penuh harapan yang besar di benaknya terlintas pikiran akan jadi apa anakku dikelak nanti,malang sekali nasibmu nak (tuturnya sambil berlinang air mata) ayahmu tega meninggalkan ibu dalam kondisi seperti ini, tapi takdir memang tidak bisa di elakkan, ibu janji akan berusaha memberi yang terbaik untukmu, ayahmu pasti senang melihatmu kalau di suatu saat kamu menjadi anak yang berbakti dan soleh, air matanya terus menetes,membasahi pipiku yang lembut.
Bayi kecil yang mungil serta imut ini di kasih dengan nama Ronni Putra Alsaleh, nama yang bagus. Ronni tumbuh menjadi anak yang bengal yang tidak mau diatur oleh orang tua. Ini sengaja dilakukan Ronni untuk menrik perhatian orang tuanya. Padahal keluarganya amat menyayangi Ronni. Sebenarnya Ronni adalah anak yang cerdas, tapi memang pemalas dalam urusan belajar. Ronni menganggap kalau belajar itu adalah hal yang paling membosankan dan memuakkan, teoritis banget. Ronni pengen belajar yang praktis, karena dia pengen jadi praktisi dalam bidang mesin dan mau bernyanyi terus biar terkenal sehingga bisa jadi artis. Itulah dua cita-cita yang pengen diraih Ronni.
Ronni hidup di Jakarta
19 tahun berlalu Ronni mulai bertekat ingin pergi ke kota besar untuk mengadu nasip demi mencari sesuap nasi daripada malas-malasan dikampung, meski terkadang perasaan cemas terus menghantui bagaimana sesungguhnya hidup di kota besar, dengan berbekalkan baju bekas, namun niat untuk hidup yang lebih pantas, keinginanku yang sangat jelas untuk meninggalkan kampung halaman. Siang hari setelah solat zuhur terlewati, sebelum ashar, aku sendiri bulatkan tekat ingin pergi ke kota besar, semangat cerdas dan kemauan bekerja keras amat berkobar. Dengan satu bungkus rokok dan satu korek api ikut juga menemaniku. Akupun berangkat menaiki mobil transport kelas ekonomi, motivasi tinggi ingin jadi musisi terungkit kuat dalam hati,berharap bisa di idolakan oleh penduduk-penduduk negri.
Sampai pijakan kaki diterminal, namun tak satu orangpun yang ku kenal, sedikit kesal bercampur setumpuk sebel, bersama asap kotor knalpot bis yang tebal, membuat pakaian bersih menjadi kusam dan kumal. Aku merasa sangat asing dan sejenak aku istirahat di bangku terminal, dalam benakku terlintas bayangan seperti apakah hidup dikota besar yang selama ini kubayangkan sangatlah indah.
Tak lama mobilnya datang , aku merasa deg-degan sedih senang bercampur aduk. Jakarta-jakarta terdengar teriakan kenek bus,aku bergegas dan langsung naik bus. Aku duduk dibagian jendela dengan menatap pemandangan yang indah, tapi entah kenapa air mataku berlinang mengingat ibu yang tinggal sendirian, tapi sudahlah ini untuk masa depanku mudah-mudahan aku berhasil di negri rantau, memang selama ini aku selalu membangkang kepada ibu’ maafkan aku bu’(ucapku dalam hati). Mudah-mudahan jalan yang ku pilih adalah jalan yang benar dan kelak dapat membahagiakan ibu.
Dua hari kemudian aku sampai di Jakarta. Beberapa bulan kemudian aku mulai merasakan Ternyata Hidup dikota besar, banyak manusia buas serakah dan kasar, akupun sempat putus asa karena rezki makin di cari makin surut, mencari duit pusing sampai jidatku mengkerut, problem terus datang dan terus mengikutiku, sejuta orang menghina membuat diriku ingin langsung cabut.
Terkadang aku rindu dengan kampung halaman, desa kecil yang bersahabat penuh senyum keramahan, dimana aku dikenal dinamis dan flamboyant , tinggal bersama ibu yang sangat menyayangiku. Ibu tidak pernah memaksaku dalam hal apapun, dia selalu berusaha membuatku senang, tapi entah kenapa diri ini selalu membuat ibu menangis. Mungkin saja karena pergaulanku yang kurang baik dan memang tak ada yang mendidikku karna ayah sudah lama berpisah dengan ibu. Dikala sendirian terkadang aku merasa menyesal lahir dikalangan orang miskin, tapi aku sadar tuhan pasti tidak sia-sia menciptakan ku, aku sangat meyakini hal itu.
Di tengah kebingungan dan berfikir, aku dikejutkn oleh sebuah teguran. “Hei, kau ngapain disana? Kayak orang kebingungan kali kau”. Kayaknya dia orang Medan, orang rantau juga, sama kayak aku. Dengan penuh kehati-hatian aku menjawab, aku tidak apa-apa kok bang. “kalau tidak apa-apa, kenapa udah kayak orang kebingungan kau”, katanya lunak. Aku berkata dalam hati, kayaknya orang ini baik juga. Kalau aku bercerita, mungkin dia bisa membantu. Perkenalkan bang, namaku Ronni nama abang siapa? Dan akupun tau kalau namanya Jannu. Dia ternyata orang yang baik, dia mengajakku ke kontrakannya yang lusuh kotor, kayaknya jarang dibersihkan. Akupun tinggal bersama Jannu.
Dua bulan berjalan tetapi entah kenapa keinginan untuk pulang kampung terus menghantui, namun aku harus berjuang dulu untuk menggapai cita-cita jadi superstar. Aku memang dari lahir sudah di anugrahkan tuhan memiliki suara yang indah, untuk mewujudkan impianku sangatlah susah tapi aku tidak akan menyerah begitu saja aku akan terus berusaha sampai aku memang sudah tak bisa apa-apa lagi.
Dua tahun berlalu tidak seorangpun yang mengenal jelas hidupku”jangan sok tau hanya aku yang tau (gumamku dalam hati) karena kesal pada diri sendiri, kadang hati ini terus bertanya-tanya “hidup memang susah di tebak, terkadang aku iri sama orang yang kehidupannnya serba wah. Ahhh…….!!!!!! Tapi sudahlah ku coba biarkan angan itu berlalu.
Seiring berjalannya waktu, langkahku peluhku, inginku gapai cita-cita tapi jarak yang ku tempuh selalu penuh dengan angka. Padang Jakarta tak menjadi masalah bagiku, mencari arah tujuan hidup yang penuh ambisi, tak gentar meski lelah merekat hironi , praktis jarak yang terjadi bukanlah halangan bagiku. Aku terus berjuang dari padang sampai merak dan berakir dikota metropolitan.
Tatap setiap hariku memompa kreasi agar setiap mimpi tak terdampar dan mati, banyak jalan menuju Jakarta itulah fakta mengupas tantangan itulah realita antara mimpi dan angan-angan tetap berpacu, antara cita-cita tetap melaju. Untuk eksistensi pergi jauh-jauh penuh ambisi. Berjalan dengan susah penuh dengan distorsi padang Jakarta ku terjang penuh reputasi.
Pekerjaanku sehari-hari adalah mengamen dari blok M ke cikarang. Tekadang aku merasa malu dan menyesal pada diriku sendri. Jauh-jauh dari kota padang dengan sebuah cita-cita jadi superstar,tapi malah jadi seorang pengamen dari bus ke bus. Mencari pekerjaan di kota metropolitan ternyata sangat susah, apalagi aku hanya tamatan SMP. Tapi untungnya bang Jannu selalu mengingatkanku dan memberikan motivasi yang tinggi. Dia sering mengatakan hidup di rantau penuh dengan tantangan, kita harus berpacu dengan waktu, jangan mau kalah dengan waktu. Untuk jadi orang sukses membutuh pengorbanan juang yang sangat banyak. Kalau memang mau jadi orang hebat, berusahalah dengan segenap kemampuan yang kamu punya. Aku jadi bersemangat kembali.
Ronni pulang ke kampung halaman
Empat tahun berlalu terdengar kabar dari kampung kalau ibu sakit keras. Mendengar kabar tersebut hatiku cemas dan khawatir dengan kondisi ibu. Hatiku tergerak untuk pulang kampung, tetapi disisi lain aku takut dan malu, karena aku tidak berhasil di negeri rantau. Apa kata keluarga dan para tetanggaku nanti pasti dia akan mengejek dan menghinaku, yang jelas aku harus pulang kampung terserah apa kata orang yang penting aku bisa bertemu dengan ibu (ucapku dalam hati).
Aku minta pendapat bang Jannu, “bang, ibu sakit keras di kampung. Apa yang harus aku lakukan. Aku takut dan cemas, aku tidak mau ibuku menemui ajalnya”. “Hussh,,, tidak boleh berkata seperti itu, jawabnya. Kamu sebaiknya pulang saja Ron, apalagi kamu sudah 4 tahun di sini”. Jawab bang Jannu. “Tapi apa kata orang nanti, aku malu. Aku tidak punya apa-apa, kebiasaan di kampungku kalau orang rantau itu pulangnya pasti bawa uang banyak”, kataku. Ron, ingat pepatah, biarkan anjing menggonggong, kafilahpun tetap berlalu.
Akhirnya aku semakin mantab untuk pulang kampung. Pulang ke kampung halamanku.
Seminggu berlalu akhirnya aku sampai di kampung, ku tatap sekeliling desa ,ternyata suasananya tidak jauh berbeda dengan enam tahun yang lalu, masih segar dan hijau, dengan rasa rindu yang menggebu-gebu pada ibu aku langsung bergegas pulang kerumah. huff……..akhirnya sampai juga……!!!!!!
Bismillahirrahmanirrrahim, tok…..tok….assalamu’alaikum…..ibu……bu aku pulang. Kok tidak ada yang bukain pintu. Ada apa gerangan?? Aku bertanya dalam hati, aku coba untuk buka pintu, ternyata tidak ditutup. Tapi kok sepi, tidak ada orang. Aku berfikir keras, aku telusuri semua pelosok sudut rumah. Aku lihat sekelilingnya, masih seperti yang dulu. Masih sama seperti empat tahun yang lalu, dinding rumah yang masih dari tembok merah, atap yang berlapiskan seng yang membuat panas dan rasa gerah, lantai yang masih beolesan semen kasar. Wah sungguh tidak ada perubahan.
Aku kembali menelusuri semua sudut ruangan, ibu...., aku cemas sekali kalau terjadi apa-apa sama ibu. Aku juga melihat ruangan dapur, ibu juga tidak ada. Jangan-jangan... hushh,... hilangkan fikiran jelek itu, ibu belum meninggal, ibu tidak bakal meninggalkanku sendirian. Ketika aku tengok ke arah luar, ternyata ibu baru pulang dari pasar. Kok sepertinya ibu baik-baik saja, tidak seperti orang yang sakit, atau baru sembuh dari sakitnya. Dari jauh aku langsung berlari dan peluk ibu. Ibu.... aku sayang ibu,,,, maafkan Ronni ya bu... Ronni tidak pernah kasih kabar. Jangan tinggalkan Ronni ya buuk.. rengek Ronni. Ronni takut kehilangan ibu, Ronni tidak mau hidup tanpa ada ibu di sisi Ronni.
Mata ibu berkaca-kaca, mendengar pengakuan Ronni. “Iya nak, ibu juga sayang Ronni. Ibu tidak akan meninggalkan Ronni”. Tapi, kenapa kemaren ibu dikabarkan sakit keras? Ronni sangat terkejut sekali bu. Ronni kira ibu telah meninggalkan Ronni. “Ups, sayang jangan berkata seperti itu”,kata ibu menutupkan telunjuk jarinya ke mulut Ronni. Biar sekarang ibu jelaskan, Ibu sangat rindu sama Ronni. Anak semata wayang ibu. Sudah empat tahun kamu meninggalkan kampung halaman, tapi tidak pernah beri kabar. Ibu sangat cemas sekali, jadi ibu nitip pesan saja sama Buyung agar memberitahu kamu seperti itu.
Ibu,,, Ronni tidak apa-apa kok. Ronni udah pernah janji kalau tidak akan pulang sebelum menjadi orang yang sukses. Sebelum cita-cita Ronni tercapai, Ronni mau jadi superstar. Ronni mau jadi bintang dan terkenal. Ronni sayang, tidak boleh kamu mengorbankan diri sampai segitunya, tidak mau kasih kabar, dan tidak mau menghubungi ibu. Biar kamu tidak jadi orang terkenal, asalkan uang yang Ronni dapat halal, ibu tetap sayang sama Ronni. Tidak ada Ibu yang tidak sayang sama anaknya.
“Iya bu, Ronni tidak akan mengulanginya lagi”, tutur Ronni. Ronni akan mutusin untuk tinggal di kampung saja. Ronni akan menemani ibu di sini. Ronni akan coba buka bengkel ya bu, mudah-mudahan usaha ini berhasil. Ronni bisa sukses walau hanya tinggal di kampung. Itu ide bagus nak, nanti ibu akan memodalinya. Sukses ya nak, ibu bahagia mendengarnya.
Ronni memutuskan untuk membuka bengkel motor di depan rumahnya. Dia memulai dari awal, dengan kemampuan yang dia punya dan semangat juang yang tinggi dia terus belajar. Banyak anak muda yang nongkrong di bengkelnya itu, bengkel Ronni dijadikan tempat berkumpul mereka. Ronni senang menjalani usaha ini, dan Ronni dijadikan sebagai konsultan motor bagi club-club motor yang ada di kampungnya. Ronni sebagai koordinator club motor itu. Tapi masyarakat tidak gelisah dan terganggu melihat kondisi itu, karena mereka tau kalau club motor di bawah pimpinan Ronni tidak membawa kegaduhan. Malah memberikan manfaat kepada masyarakat, club motor itu selalu menolong warga. Walaupun pada awalnya ibu mencemaskan aktivitas Ronni saat ini.
Ronni kembali mengingat lembaran hidup, masa pahit ketika di rantau. Terombang ambing oleh gelombang besar kehidupan yang bisa saja membunuhnya. Tapi, semua itu ada hikmahnya walaupun sang ibu berbohong pada Ronni yang mengatakan kalau Ibu sakit keras. Itu menjadi kenangan yang paling indah dan menegangkan. Dan akhirnya Ronni bisa merasakan kesuksesan itu di kampungnya sendiri.
**********************************************************************************
Kita tidak dapat mengetahui dimana kita itu mendapatkan kesuksesan, yang penting kita berusaha dengan sungguh-sungguh dan Allah yang akan menentukannya.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar